Assalamualaikum Wr.Wb
Tidak asing lagi bagi kaum muslim dan muslimin sama yang nama nya KH.M.Arwani Amin Said.
Berikut saya akan menuliskan Biografi KH.M.Arwani Amin
Said
Kelahiran KH. M. Arwani Amin Said
KH. M. Arawani Amin Said dilahirkan pada hari Selasa Kliwon pukul 11.00 siang tanggal 5 Rajab 1323 H bertepatan dengan 5 September 1905 M di kampung Kerjasan Kota Kudus Jawa Tengah. Ayah beliau bernama H. Amin Said dan ibunya bernama Hj.Wanifah.
Sebenarnya nama asli beliau adalah Arwan, akan tetapi
setelah beliau menunaikan ibadah haji yang pertama namanya diganti menjadi
Arwani. Dan hingga wafat beliau dikenal memiliki nama lengkap sebagai KH. M.
Arwani Amin Said dan panggilan akrabnya adalah Mbah Arwani Kudus.
Arwan adalah anak kedua dari 12 bersaudara. Kakaknya yang
pertama seorang perempuan bernama Muzainah. Sementara adik-adiknya secara
berurutan adalah Farkhan, Sholikhah, H. Abdul Muqsith, Khafidz, Ahmad Da’in,
Ahmad Malikh, I’anah, Ni’mah, Muflikhak dan Ulya. Dari kedua belas ini, ada
tiga yang paling menonjol, yaitu Arwan, Farkhan dan Ahmad Da’in, ketiga-tiganya
hafal al-Qur’an.
Dari sekian saudara KH. M. Arwani Amin, yang dikenal
sama-sama menekuni al-Qur’an adalah Farkhan dan Ahmad Da’in. Ahmad Da’in,
adiknya Mbah Arwani ini bahkan terkenal jenius, karena beliau sudah hafal
al-Qur’an terlebih dahulu daripada Mbah Arwan yakni pada umur 9 tahun. Ia
bahkan hafal Hadits Bukhori Muslim dan menguasai Bahasa Arab dan Inggris.
Kecerdasan dan kejeniusan Da’in inilah yang menggugah Mbah Arwani dan adiknya
Farkhan, terpacu lebih tekun belajar.
Arwan kecil hidup di lingkungan yang sangat taat beragama
(religius). Kakek dari ayahnya adalah salah satu ulama besar di Kudus, yaitu
KH. Imam Haramain. Sementara garis nasabnya dari ibu, sampai pada pahlawan
nasional yang juga ulama besar Pangeran Dipenegoro yang bernama kecil Raden Mas
Ontowiryo.
Kehidupan Keluarga KH. M. Arwani Amin
Ayahanda Mbah Arwani yaitu H. Amin Said adalah seorang kiyai yang cukup disegani dan dihormati oleh masyarakat disekitar beliau tinggal. Meskipun ayah dan bunda beliau tidak hafal al-Qur’an, namun tempat tinggal beliau dikenal sebagai rumah al-Qur’an, karena setiap pekan mereka selalu mengkhatamkan al-Qur’an.
Istri beliau bernama Ibu Nyai Hj. Naqiyul Khud. Beliau
menikah pada tahun 1935 M dimana pada saat itu status beliau adalah seorang
santri dari pondok pesantren al-Munawir Krapyak Yogyakarta. Ibu Naqi adalah
putri dari H. Abdul Hamid, seorang pedagang kitab. Tokonya sekarang masih
ada,bahkan semakin berkembang. Beliau memiliki empat orang anak yaitu Ummi dan
Zukhali Uliya (meninggal saat masih bayi) serta KH. M. A. Ulin Nuha Arwani dan
KH. M. A. Ulil Albab Arwani.
Masa Menuntut Ilmu KH. M. Arwani Amin Said
KH. M. Arwani Amin dan adik-adiknya sejak kecil hanya mengenyam pendidikan di madrasah dan pondok pesantren. Arwani kecil memulai pendidikannya di Madrasah Mu’awanatul Muslimin, Kenepan, sebelah utara Menara Kudus. Beliau masuk di madrasah ini sewaktu berumur 7 tahun. Madrasah ini merupakan madrasah tertua yang ada di Kudus yang didirikan oleh Syarikat Islam (SI) pada tahun 1912. Salah satu pimpinan madrasah ini di awal-awal didirikannya adalah KH. Abdullah Sajad.
Setelah sudah semakin beranjak dewasa, akhirnya memutuskan
untuk meneruskan ilmu agama Islam ke berbagai pesantren di tanah Jawa, seperti
Solo, Jombang, Jogjakarta dan sebagainya. Dari perjalanannya berkelana dari
satu pesantren ke pesantren itu, talah mempertemukannya dengan banyak kiai yang
akhirnya menjadi gurunya (masyayikh).
Adapun sebagian guru yang mendidik KH. M. Arwani Amin
diantaranya adalah KH. Abdullah Sajad (Kudus), KH. Imam Haramain (Kudus), KH.
Ridhwan Asnawi (Kudus),KH. Hasyim Asy’ari (Jombang), KH. Muhammad Manshur
(Solo), KH. M. Munawir(Yogyakarta) dan lain-lain.
Kepribadian KH. M. Arwani Amin Said
Selama berkelana mencari ilmu baik di Kudus maupun di berbagai pondok pesantren yang disinggahinya, KH. M. Arwani Amin dikenal sebagai pribadi yang santun dan cerdas karena kecerdasannya dan sopan santunnya yang halus itulah, maka banyak kiainya yang terpikat. Karena itulah pada saat mondok KH. M. Arwani Amin sering dimintai oleh kiainya membantu mengajar santri-santri lain. Lalu memunculkan rasa sayang di hati para kiainya.
Beliau hidup di lingkungan masyarakat santri yang sangat
ketat dalam menghayati dan mengamalkan agama. Oleh karena itu wajar saja jika
beliau tumbuh menjadi seorang yang memiliki perangai halus, sangat berbakti
kepada kedua orang tua, mempunyai solidaritas yang tinggi, rasa setia kawan dan
suka mengalah tapi tegas dalam memegang prinsip.
Beliau dikaruniai kecerdasan dan minat yang kuat dalam
menuntut ilmu. Pada masa remajanya dihabiskan untuk menuntut ilmu mengembara
dari pesantren ke pesantren. Tidak kurang dari 39 tahun hidup beliau dihabiskan
untuk menuntut ilmu dari kota ke kota yang dimulai dari kotanya sendiri yaitu
Kudus. Kemudian dilanjutkan ke Pesantren Jamsaren Solo, Pesantren Tebu Ireng
Jombang, Pesantren al-Munawir Krapyak Yogyakarta dan diakhiri di Pesantren
Popongan Solo.
Sekitar tahun 1935, KH. Arwani Amin pun melaksanakan
pernikahan dengan salah satu seorang putri Kudus, yang kebetulan cucu dari guru
atau kiainya sendiri yaitu KH. Abdullah Sajad. Perempuan sholehah yang
disunting oleh beliu adalah ibu Naqiyul Khud.
Dari pernikahannya dengan ibu Naqiyul Khud ini, KH. M.
Arwani Amin diberi dua putrid dan dua putra. Putri pertama dan kedua beliau
adalah Ummi dan Zukhali (Ulya), namun kedua putri beliau ini menginggal dunia
sewaktu masih bayi.
Yang tinggal sampai kini adalah kedua putra beliau yang
kelak meneruskan perjuangan KH. M. Arwani Amin dalam mengelola pondok pesantren
yang didirikannya. Kedua putra beliau adalah KH. Ulin Nuha (Gus Ulin) dan KH.
Ulil Albab Arwani (Gus Bab). Kelak, dalam menahkodai pesantren itu, mereka
dibantu oleh KH. Muhammad Manshur. Salah satu khadam KH. M. Arwani Amin yang
kemudian dijadikan sebagai anak angkatnya.
kemudian dijadikan sebagai anak angkatnya.
Perjuangan KH. M. Arwani Amin Said
Beliau mengajarkan al-Qur’an pertama kali sekitar tahun 1942 di Masjid Kenepan Kudus yaitu setamat beliau nyantri dari pesantren al-Munawir Krapyak Yogyakarta. Pada periode ini santri-santri beliau kebanyakan berasal dari luar kota Kudus. Seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit santri beliau semakin bertambah banyak dan bukan hanya dari Kudus dan sekitarnya, tapi ada yang berasal dari luar propinsi bahkan dari luar pulau Jawa. Kemudian beliau membangun sebuah pondok pesantren yang diberi nama Yanbu’ul Qur’an yang berarti Sumber al-Quran. Pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1393 H/1979 M.
KH. M. Arwani Amin meninggalkan sebuah kitab yang diberi
nama Faidh al-Barakat fi as-Sabi’a Qira’at.
Semasa hidupnya beliau juga mengajarkan Thariqat
Naqsabandiyah Kholidiah yang pusat kegiatannya bertempat di mesjid Kwanaran.
Beliau memilih tempat ini karena suasana di sekeliling cukup sepi dan sejuk.
Disamping itu tempatnya dekat perumahan dan sungai Gelis yang airnya jernih
untuk membantu penyediaan air untuk para peserta kholwat. KH. M. Arwani amin
juga pernah menjadi pimpinan Jam’iyah Ahli ath-Thariqat al-Mu’tabarah yang didirikan
oleh para kyai pada tanggal 10 Oktobrr 1957 M. Dan dalam Mu’tamar NU 1979 di
Semarang nama tersebut diubah menjadi Jam’iyyah Ahl ath-Thariqat al-Mu’tabarah
an-Nahdliyyah (JATMAN).
Kelebihan KH. M. Arwani Amin Said
KH. M. Arwani Amin dikenal sebagai seorang ulama yang sangat tekun dalam beribadah. Dalam melaksanakan sholat wajib beliau selalu tepat waktu dan senantiasa berjamaah meskipun dalam keadaan sakit. Kebiasaan tersebut sudah beliau jalani sejak berada di pesantren.
Sewaktu masih belajar Qiraat Sab’ah pada KH. Munawir di
Krapyak yang pelajarannya dimulai pada pukul 02.00 dinihari sampai menjelang
Shubuh beliau sudah siap pada pukul 12.00 malam. Dan sambil menunggu waktu
pelajaran dimulai beliau manfaatkan untuk melaksanakan sholat sunnah dan dzikir.
Kebiasaan tersebut tetap berlanjut setelah beliau kembali dan bermukim di
Kudus.
Biasanya beliau mulai tidur pukul 20.00 WIB dan bangun pukul
21.00 WIB. Kemudian dilanjutkan melaksanakan sholat sunnah dan dzikir. Apabila
sudah lelah kemudian tidur lagi kira-kira selama satu sampai dua jam kemudian
bangun lagi untuk melaksanakan sholat dan dzikir, begitu setiap malamya
sehingga bila dikalkulasi beliau hanya tidur dua sampai tiga jam setiap
malamnya
KH. M. Arwani Amin Said dikenal oleh msyarakat di sekitarnya
sebagai seorang ulama yang memiliki kelebihan yang luar biasa. Banyak yang
mengatakan bahwa beliau adalah seorang wali,beberapa santrinya mengatakan bahwa
KH.Arwani Amin memiliki indra keenam dan mengetahui apa yang akan terjadi dan
melihat apa yang tidak terlihat.
Konon, menurut KH. Sya’roni Ahmadi, kelebihan Mbah Arwani
dan saudara-saudaranya adalah berkat orangtuanya yang senang membaca al-Qur’an.
Dimana orangtuanya selalu menghatamkan membaca al-Qur’an meski tidak hafal.
Selain barokah orantuanya yang cinta kepada al-Qur’an, KH.
Arwani Amin sendiri adalah sosok yang sangat haus akan ilmu. Ini dibuktikan
dengan perjalanan panjang beliau berkelana ke berbagai daerah untuk mondok,
berguru pada ulama-ulama.
Selama menjadi santri, Mbah Arwani selalu disenangi para
kyai dan teman-temannya karena kecerdasan dan kesopanannya. Bahkan, karena
kesopanan dan kecerdasannya itu, KH. Hasyim Asy’ari sempat menawarinya akan
dijadikan menantu.
Namun, Mbah Arwani memohon izin kepada KH. Hasyim Asy’ari
bermusyawarah dengan orang tuanya. Dan dengan sangat menyesal, orang tuanya
tidak bisa menerima tawaran KH. Hasyim Asy’ari, karena kakek Mbah Arwani (KH.
Haramain) pernah berpesan agar ayahnya berbesanan dengan orang di sekitar Kudus
saja.Akhirnya, Mbah Arwani menikah dengan Ibu Nyai Naqiyul Khud pada 1935. Bu
Naqi adalah puteri dari H. Abdul Hamid bin KH. Abdullah Sajad, yang sebenarnya
masih ada hubungan keluarga dengan Mbah Arwani sendiri.
Anak Didik KH. M. Arwani Amin Said
Ribuan murid telah lahir dari pondok yang dirintis KH. M.
Arwani Amin tersebut. Banyak dari mereka yang menjadi ulama dan tokoh. Sebut
saja diantara murid-murid KH. M. Arwani Amin yang menjadi ulama adalah:
- K.H. Sya’roni Ahmadi (Kudus)
- K.H. Hisyam (Kudus)
- K.H. Abdullah Salam (Kajen)
- K.H. Muhammad Manshur
- K.H. Muharror Ali (Blora)
- K.H. Najib Abdul Qodir (Jogjakarta)
- K.H. Nawawi (Bantul)
- K.H. Marwan (Mranggen)
- K.H. A. Hafidz (Mojokerto)
- K.H. Abdullah Umar (Semarang)
- K.H. Hasan Mangli (Magelang)
KH. M. Arwani Amin
Said Berpulang ke Rahmatullah
Dengan keharuman namanya dan berbagai pujian dan sanjungan
penuh rasa hormat dan ta’dzim atas kealimannya, beliu wafat pada taggal 25
Rabiul Akhir tahun 1415 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Oktober tahun 1994 M
dalam usia 92 tahun (dalam hitungan Hijriyah). Beliau dimakamkan di komplek
Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus.
Semoga kita bisa meniru sifat sifat terpuji dari almaghfurlah KH.Arwani Amin Said.