Tuesday 4 July 2017

Islam di Jawa, para tokoh dan penyebarannya

Gelang dan Kalung Kiriman Raja Campa

Bismillahirrohmannirrohim...!!!

Pada suatu ketika, raja Brawijaya terlibat perbincangan yang hangat dengan istrinya yang bernama Marta Ningrum, istrinya Marta Ningrum, menceritakan bahwa ia memiliki seorang adik perempuan yang bernama Chandra Wulan. Adiknya itu juga memiliki wajah yang sangat cantik, kecantikannya jika digambarkan merupakan salah satu keajaiban zaman yang ada. Apabila dilukiskan dalam Syair adalah sebagai berikut :

Rambut yang hitam bagaikan kegelapan malam tergerai diatas kepalanya, Wajahnya bersinar bagaikan lentera di rumah tetangga itu dan giginya berjajar tersusun rapi.

Perawakan tubuhnya seperti pohon Ban, Bokongnya besar seperti gunung pasir dan bergoyang-goyang jika dilihat dari belakangnya.

Orang-orang yang mensifatinya begitu selalu berpura-pura tidak mengetahui ketika mereka ditanya, Apakah ia termasuk manusia atau bukan?

Mendengarkan penuturan istrinya tentang adik perempuannya itu, Brawijaya menjadi tertarik untuk mempersuntingnya meskipun kakaknya telah menjadi istrinya. Segeralah ia panggil patih dan juga salah satu orang kepercayaannya di kerajaan Majapahit yang bernama Arya Bangah. Saat ia berada di hadapan Brawijaya, berkatalah Brawijaya kepadanya : "Saya mengutusmu pergi menemui raja negri Campa. Jika kamu telah sampai kepadanya, maka berkatalah, "Hamba adalah utusan raja Brawijaya kepada Tuan untuk mengkabarkan bahwa beliau menyukai adik perempuan tuan, Chandra Wulan, sebagai istrinya. Untuk itu akan lebih baik jika anda segera mengirimkannya kepada beliau". Seketika Arya Bangah menjawab "Baiklah tuanku paduka raja". Arya Bangah  berpamitan kepada Brawijaya. dan Arya Bangah pun pergi menuju negeri Campa. Saat perjalanan itu Syair berdendangan melukiskan keadaan waktu itu, yang dapat terejawantahkan dengan ucapan Arya Bangah :

Aku telah pergi, dan aku tidak pergi untuk menunaikan hajatku, Akan tetapi untuk mencari ridlomu yang menjadi angan-angan.

Apabila aku tidak melakukannya, niscaya hatiku tidak akan merasakan ketakutan dan kekhawatiran, dengan menjelajahi padang yang luas dengan sengatan matahari yang sangat panas.

Hanya denagn satu tujuan menemui seorang raja di suatu negeri, Dan aku menemuinya untuk mengambil anak gadisnya yang bagaikan rembulan yang agung.

(itu aku lakukan) Dengan hati yang selalu diliputi rasa takut, Seperti seekor burung gelatik yang diburu oelh burung rajawali yang liar.

Semoga aku dapat menunaikan hajat tuanku, Dengan itu (semoga) aku dapat memperoleh kebahagiaan serta kemuliaan yang diagungkan.

Arya Bangah terus berjalan hingga sampailah ia di negeri Campa. Saat ia memasuki negeri itu, ia mendengar berita penting, Bahwa Raja Campa telah wafat dan raja pengganti sesudahnya adalah anaknya yang bernama Raden Cengkara. Seperti yang telah dituturkan di muka. Dan anak perempuannya telah menikah dengan seseorang yang bernama Ibrahim Al Asmar. Dari pernikahan mereka itu telah lahir tiga orang anak. Mendengar barita itu Arya Bangah sangat sedih, dengan pasti ia merasa bahwa ia akan pulang dengan tangan kosong tanpa membawa hasil apapun.
Pada waktu ia menghadap raja Cengkara, Arya Bangah di tanya tentang nama, berasal dari negeri mana, dan apa keperluannya menghadap. Maka Arya Bangah pun manjawab "Tuanku, hamba adalah orang jawa. Nama hamba adalah Arya Bangah, hamba datang sebagai seorang utusan kepada Paduka Raja dari Raja Agung Brawijaya, Dan hamba juga menyampaikan salam dari beliau serta permaisurinya yang tidak lain adalah saudari kandung tuan, Marta Ningrum, sebagai rasa belasungkawa atas wafatnya ayahanda tuan belum lama ini. Beliau berdua telah memaafkan dan tidak akan mencela tuan karena anda tidak memberi kabar tentang wafatnya ayahanda tuan, Dan beliau mengetahui kabar itu dari seseorang laki-laki dari daerah Kalkutta yang datang menghadap beliau".
Raja Cengkara pun manjawab "Saya tidak memberi berita saudaraku raja yang agung Brawijaya tentang wafatnya ayahku, adalah karena saya merasa merehkan dan menyepelekan diri saya, Lalu saya berkata pada diri saya, jika aku memberitahu beliau tentang wafatnya ayahanda, bisa-bisa beliau akan murka kepadaku karena tidak di beritahu sebelumnya pada saat ayahanda sakit".
Kemudian Raja Cengkara memberi pakaian yang paling bagus kepada Arya Bangah dan memberi penyambutan dengan penuh kemuliaan. Arya Bangah sama sekali tidak mengutarakan tentang maksud sebenarnya ia diutus raja Brawijaya ke negeri Campa. Akan tetapi ia membuat cerita dan alasan sendiri mengapa ia sampai di negeri Campa. Saat Arya Bangah berpamitan kepada raja Cengkara untuk pulang, Raja Cengkara berkata kepada Arya Bangah "Saya mengutusmu untuk membawa gelang serta kalung ini kepada saudara perempuanku Marta Ningrum, istri Raja Brawijaya. Dan berikanlah gelang serta kalung ini kepadanya". Kemudian Arya Bangah minta izin undur diri kepada Raja Cengkara. Arya Bangah pun terus mengadakan perjalanan hingga tiba di kerajaan Majapahit dan langsung menemui Raja Brawijaya. Saat mengahadap raja Brawijaya, Arya Bangah menjelaskan secara panjang lebar tentang hasil dari perjalanannya ke negeri Campa. Ia berkata "Hamba telah pergidan tiba di negeri Campa untuk menunaikan kewajiban khidmah kepada raja yang hamba emban, Namun sayang perjalanan hamba terbilang rugi dan usaha hamba pun sia-sia dengan tanpa hasil yang didapat. Karena anak dari raja Campa, Chandra Wulan, telah dinikahi oleh seorang laki-laki yang berasal dari tanah Arab yang bernama Ibrahim Al Asmar. Dan dari pernikahan itu, mereka telah dikaruniai tiga orang anak, Sedangkan Raja Campa telah wafat hanya berselang beberapa hari saja dengan kedatangan hamba ke negeri Cempa itu. Raja pengganti sesudahnya adalah raja Cengkara, anak laki-laki raja. Dan ini adalah gelang dan kalung kiriman dari beliau untuk diberikan kepada saudarinya, permaisuri Marta Ningrum.
Brawijaya berkata "pergilah dan berikan sendiri gelang dan kalung itu kepada Marta Ningrum. Ingat ! Jangan pernah mengabarkan kepadanya tentang kematian ayahnya. Karena saya khawatir ia akan merasa susah dan sedih ketika ia mendengar kematian ayahnya darimu". Arya Bangah pergi ke rumah Brawijaya dan bertemu langsung dengan Marta Ningrum, Ia segera menyerahkan kiriman tersebut kepada Marta Ningrum. Dan saat Marta Ningrum menerimanya dan memastikan bahwa itu benar-benar kiriman dari saudaranya, seketika itu ia menjerit dan jatuh pingsan. Seluruh penghuni rumah itu terkejut karena jeritan dan tangisan Marta Ningrum. Semuanya berusaha menenangkan dan meredakan tangisan Marta Ningrum. Gemuruh pun tak terelakan menggema di dalam rumah itu. Ketika Brawijaya mendengar kabar itu, segera ia menuju rumahnya, didalam hati kecil Brawijaya menyimpan prasangka buruk kepada Arya Bangah karena mungkin yang menjadi penyebab peristiwa itu adalah Marta Ningrum diberi kabar tentang kematian ayahnya oleh Arya Bangah. Maka (untuk memastikannya) Brawijaya bertanya kepada istrinya, Marta Ningrum, "Permaisuriku, kiranya apa yang menjadi sebab kamu menjerit, menangis dan jatuh pingsan?" Marta Ningrum menjawab "Saya menangis karena kematian ayahku". "Lalu siapa yang memberi kabar itu? sedang tidak pernah datang surat ataupun utusan yang membawa kabar itu", lanjut Brawijaya. "Dahulu ayahku pernah berjanji kepadaku, bahwa beliau akan berwasiat untuk mengirimkan gelang dan kalung ini kepadaku ketika beliau telah wafat. Dan sekarang gelang dan kalung ini telah dikirmkan kepadaku, Maka dari itu aku dapat mengetahui bahwa ayahku telah meninggal". Ini adalah cerita dari Brawijaya dan istrinya Marta Ningrum.

Sumber : Buku Laskar Langit (Kisah Heroik Para Wali di Tanah Jawa)

0 comments:

Post a Comment

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com