Tuesday 2 August 2016

Biografi singkat Syekh Akhmad bin Muhammad At-Tijany

Hasil gambar untuk syekh ahmad bin muhammad attijani
Assalamualaikum Wr.Wb
Syekh Ahmad At-tijany (1150-1230 H, 1737-1815 M) dikenal di dunia Islam melalui ajaran thariqat yang dikembangkannya yakni Thariqat Tijaniyah. Untuk mengetahui kehidupan Syekh Ahmad At-tijany, Penulis menelusurinya melalui Kitab-kitab yang memuat kehidupan dan ajaran Syekh Ahmad At-Tijani terutama kitab-kitab yang di tulis Khalifah Syekh Ahmad At-tijany diantaranya kitab Jawahir al-Ma`ani (Mutiara-mutiara Ilmu). tulisan Syekh Ali Harazim.
Dalam kitab-kitab yang menulis kehidupan Syekh Ahmad al-Tijani, disepakati bahwa Syekh Ahmad At-tijany, dilahirkan pada tahun 1150 H. (1737 M.) di `Ain Madi, sebuah desa di Al-jazair. Mengenai tanggal kelahirannya sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Secara geneologis Syekh Ahmad At-tijany memiliki nasab sampai kepada Rasulullah saw. lengkapnya adalah Abu al-Abbas Ahmad Ibn Muhammad Ibn Mukhtar Ibn Ahmab Ibn Muhammad Ibn Salam Ibn Abi al-Id Ibn Salim Ibn Ahmad al-`Alawi Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Abbas Ibn Abd Jabbar Ibn Idris Ibn Ishak Ibn Zainal Abidin Ibn Ahmad Ibn Muhammad al-Nafs al-Zakiyyah Ibn Abdullah al-Kamil Ibn Hasan al-Musana Ibn Hasan al-Sibti Ibn Ali Ibn Abi Thalib, dari Sayyidah Fatimah al-Zahra putri Rasuluullah saw.
Dan dari keturunan ibunya adalah seorang wanita Sholihah Sayyidah Aisyah binti Sayyid Al Jalil Abi Abdullah bin Sanusi At Tijany Al Madhowi, Al Madhowi bernisbat pada desa Ain Al Maadi sebuah desa yang terkenal di Gurun Sahara Timur di Negara Maghrib.
Keluarga Syekh Ahmad At-tijany adalah keluarga yang dibentuk dengan tradisi taat beragama. Dikatakan, bahwa ayah Syekh Ahmad At-tijany adalah seorang ulama yang disiplin menjalankan ajaran agama. Ketika Syekh Ahmad At-tijany memasuki usia balig dinikahkan oleh ayahnya. Sejak usia berapa tahun beliau menikah? Dalam kitab-kitab yang menulis riwayat hidup Syekh Ahmad At-tijany tidak dijelaskan. Namun apabila dihubungkan dengan tahun meninggal kedua orang tuanya, mereka meninggal berturut-turut pada tahun yang sama yakni tahun 1166 H. Diduga beliau nikah antara usia 15-16 tahun, sebab beliau lahir pada tahun 1150 H. Dari hasil pernikahannya beliau mempunyai dua orang putra yakni Muhammad al-Habib dan Muhammad al-Kabir yang kelak secara berturut-turut memimpin zawiyah (pesantren Sufi yang beliau dirikan). Mengenai tempat meninggalnya, dalam kitab-kitab yang menulis Syekh Ahmad At-tijany, disepakati bahwa beliau wafat di kota Fez Maroko. Hal ini bisa dimengerti karena sebagaimana akan dilihat nanti, di kota ini Syekh Ahmad At-tijany mempunyai kesempatan untuk mengembangkan ajarannya dengan dukungan penguasa. Dengan demikian tidak ada alasan bagi beliau untuk meninggalkan Maroko. Sebagaimana tempat wafatnya, tahun wafatnya pun disepakati, yakni beliau wafat pada tahun 1230 H. dengan demikian beliau wafat dalam usia 80 tahun, karena beliau lahir pada tahun 1150 H. Demikian juga mengenai hari dan tanggal wafatnya, disepakati bahwa beliau wafat pada hari Kamis, tanggal 17 Syawal dan dimakamkan di kota Fez Maroko.
·         Landasan dan Rumusan tasawuf Syekh Ahmad At-tijany
Dasar-dasar tasawuf Syekh Ahmad At-tijany di bangun di atas landasan dua corak tasawuf, yakni tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Dengan kata lain, Syekh Ahmad At-tijany menggabungkan dua corak tasawuf, dimaksud dalam ajaran thariqatnya. Pengkajian menyangkut tasawuf falsafi, bukan sesuatu hal yang sederhana, sebab pengkajian ini sudah masuk dalam wilayah pemikiran dan kaum thariqat, terlebih ummat Islam pada umumnya yang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk memasuki wilayah ini sangat terbatas. Keterbatasn ini, ditunjukan dalam sejarah pekembangan pemikiran Islam khusunya bidang tasawuf, banyak ummat Islam, menilai, bahwa tasawuf falsafi dianggap sebagai pemikiran yang menyimpang dari ajaran syari’at Islam.
Dasar-dasar tasawuf falsafi yang dikembangkan Syekh Ahmad At-tijany adalah tentang maqam Nabi Muhammad saw., sebagai al-Haqiqat al-Muhammadiyyah dan rumusan wali Khatam. Dua hal ini telah dibahas oleh sufi-sufi filusuf, seperti al-Jilli, ibn al-Farid dan ibn Arabi. Tentang pemikiran sufi-sufi ini, Syekh Ahmad At-tijany mengembangkan dalam amalan shalawat wirid thariqatnya, yakni : shalawat fatih dan shalawat jauhrat al-Kamal. Konsep dasar haqiqat al-Muhammadiyyah ini disamping kontroversial, ia juga complicated. Atas dasar ini, tidaklah mengherankan apabila Syekh Ahmad At-tijany memberikan “aba-aba” kepada setiap orang, termasuk muridnya yang ingin memasuki secara lebih jauh tentang diri dan thariqatnya.
·         Masa Kehidupan nya
kedua orang tuanya meninggal pada hari yang bersamaan, karena penyakit tho-un/lepra yang mewabah. Yaitu ketika Syeikh Ahmad berumur 16 tahun. Dalam usia yang relatif muda, Syeikh telah menunjukkan kelebihannya dan keluasan ilmunya. Dunia ilmu pendididikan terus dijalaninya. Sejak kedua orang tuanya meninggal, Syeikh tetap aktif dalam membaca ilmu, mengajar, menulis dan memberi fatwa.

Pada tahun 1171 Syeikh mulai memasuki dunia sufi. Dalam salah satu fatwanya Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani berkata: “Dalam nash syara’ hanya diterangkan kewajiban tiap orang untuk memenuhi beberapa hak Alloh secara penuh, lahir dan batin. Tanpa adanya alasan apa pun. Tidak ada alasan apa pun untuknya dari hawa nafsu dan kelemahannya. Dalam syara’ hanya mewajibkan hal tersebut dan mengharamkan lainnya. Karena adanya siksa. Tidak ada kewajiban mencari guru selain guru ta’lim yang mengajarkan tata cara perkara syara’ yang dituntut untuk dilaksanakan seorang hamba. Baik berupa perintah yang harus dikerjakan dan larangan yang harus ditinggalkan. Tiap orang bodoh harus mencari guru ini. Tidak ada keluasan atau alasan meninggalkannya. Ada pun guru-guru lainnya setelah guru ta’lim tidak ada kewajiban mencarinya menurut syara’. Akan tetapi wajib mencarinya dari sisi nadhar. Seperti halnya orang yang sakit dan kehilangan kesehatannya. Apabila dia keluar untuk mencari kesembuhannya, maka mencarinya adalah wajib. Kami katakan wajib mencari dokter yang ahli dalam mendiagnosa penyakit, asalnya, obatnya, cara memperolehnya.
Jawaban Syeikh ini memberikan kejelasan dalam masalah pencarian guru. Karena sebagian ulama telah mengatakan bahwa meninggalkan pencarian terhadap guru tarbiyah dianggap maksiat.

Dari sini dapat diketahui bahwa masuknya Syeikh dalam dunia sufi tidak dikarenakan mengikuti kebanyakan manusia yang dilakukan zaman sekarang. Mereka memasuki sebuah jalan tujuan, tanpa adanya pertimbangan berdasarkan pengetahuan tentang sesuatu yang sedang mereka masuki. Mereka memasuki jalan tidak lebih karena anggapan sebagian orang yang menilainya dengan keindahan luarnya belaka. Syeikh memasuki dunia sufi berdasarkan pemikiran dan pengetahuan pada sesuatu yang dikehendakinya dan memantapkannya. Sebagai bukti seorang murid (pencari kebenaran) yang shadiq. Murid yang mengetahui keagungan Rububiyah dan hak-hak Ilahiyah. Mengetahui bagian yang ada dalam dirinya, berupa kelemahan, kemalasan, menyukai kenikmatan, dan meninggalkan amal shaleh. Di mana jika keadaan itu terus ada dalam dirinya akan menyebabkannya tidak dapat memperoleh puncak tujuan dunia-akhirat. Itu pun dilakukan setelah menguasai cabanng-cabang ilmu. Pengetahuannya membawa dirinya untuk segera kembali dengan tekad, semangat dan kemantapan; mencari seorang yang dapat membuka belenggu syahwatnya dan menunjukkannya kepada jalan untuk sampai ke hadapan Robnya.Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani berkata: “Ini adalah ciri murid shadiq (pencari kebenaran sejati). Adapun lainnya hanya murid thalib atau pencari biasa. Terkadang dia dapat mendapatkan hasil. Terkadang tidak mendapatkan apa-apa.” Oleh karenanya sebagian ulama mengatakan bahwa setiap orang yang awalnya kokoh, maka akhirnya akan sempurna.
Menginjak usia 21 tahun Syeikh melakukan berbagai kunjungan ke beberapa daerah di Fas. Melakukan banyak diskusi dengan beberapa ahli kebaikan, agama, rehabilitasi jiwa, dan penemu kebahagian hakiki. Lawatan itu mengantarkannya ke Gunung Zabib dan bertemu dengan seorang wali kasyaf yang memberikan isyarat agar kembali ke negeri atau daerahnya, yaitu Ain Madhi. Wali tersebut memeberitahukan akhir kedudukan yang akan dicapainya. Tanpa harus menetap di daerah lain. Kemudian Syeikh segera kembali ke daerahya. Orang yang paling banyak mewarnai corak kehidupan Syeikh adalah Sayid Abdul Qadir bin Muhammad. Seorang kutub yang tinggal di ‘negeri putih’ (Baladul Abyadh) Shahara Dzar. Daerah ini agaknya tidak jauh di Ain Madhi. Karena di sela-sela pengabdiannya, Syeikh sering pulang ke rumahnya. Syeikh menetap di Zawiyahnya 5 tahun untuk menuntut ilmu, mengajar dan beribadah. Selanjutnya Syeikh tetap tinggal di Ain Madhi sesuai dengan petunjuk wali kasyaf di Gunung Zabib.
Di antara beberapa guru yang ditemui Syeikh dalam perjalanan ke Fas dan sekitarnya adalah wali kutub yang terkenal, Maulana Ahmad As-Shaqali Al-Idrisiyah, salah seorang ternama dalam Thariqat Khalwatiyah di Fas. Dalam pertemuannya ini As-shaqali tidak banyak melakukan pembahasan. Syeikh pun tidak mengambil apa pun darinya. Kemudian Syeikh bertemu dengan Sayid Muhammad bin Hasan Al-Wanjali. Salah seorang wali kasyf di sekitar Gunung Zabib. Ketika bertemu, sebelum mengucapkan apa pun, Al-Wanjali berkata kepada Syeikh Ahmad At-tijany:
“Dirimu pasti akan menemukan kedudukan al-quthbul kabir Maulana Abil Hasan.”
Agaknya Al-Wanjali merupakan salah seorang tokoh dari Thariqat Syadziliyah. Karena isyarat yang diberikan olehnya menunjukkan bahwa Syeikh akan mencapai kedudukan Abil Hasan Asy-Syadzili. Menurut Al-Wanjali perjalanan yang telah ditempuh oleh Syeikh dari daerahnya (Ain Madhi) sampai ke Fas Al-Idrisiyah dan beberapa daerah Maghribi lainnya untuk mencari seseorang yang dapat mengantarkannya kepada Makrifat Billah adalah bukti kehendaknya untuk mencapai keinginan tersebut. Al-Wanjali banyak menyingkap rahasia yang tersimpan dalam diri Syeikh dan memberitahukan kedudukan yang akan diperolehnya. Meskipun tidak mengambil wirid dari Al-Wanjali, akan tetapi penyingkapan yang telah disampaikannya memiliki andil dalam memperkuat cita-cita Syeikh. Sehingga akhirnya semua itu menjadi kenyataan. Al-Wanjali meninggal sekitar tahun 1185 H.
Wali Kutub lain yang ditemui Syeikh adalah Maulana At-Thayib bin Muhammad bin Abdillah bin Ibrahim Al-Yamlahi. Sejarah hidup keluarganya sangat terkenal dan banyak ditulis oleh para pengikutnya sebagai orang besar di Fas. Legenda keluarganya secara beberapa generasi telah memperoleh kedudukan kutub. Maulana At-Thayib mewarisi kekhilafahan para pendahulunya dalam memberikan petunjuk kepada manusia di jalan Alloh dan kesempurnaan makrifatnya. Ia menjadi khalifah menggantikan saudaranya Maulana At-Tihami yang menggantikan Sayid Muhammad yang menggantikan Maulana Abdulloh. Diceritakan bahwa Maulana Abdulloh (w. th. 1089 H.), kakek At-Thayib adalah orang pertama yang menetap di Wazin. Agaknya keluarga At-Thayib secara turun-temurun memegang Thariqat Jazuliyah. Hal ini terbukti bahwa kakeknya telah berkhidmah kepada Ahmad bin Ali Ash-Sharsori, salah seorang tokoh Thariqat
Jazuliyah.Ciri pokok tarekat ini adalah dengan memperbanyak shalawat. Ayah At-Thoyib, Sayid Muhammad yang juga mencapai kedudukan kutub mengatakan: “Seseorang tidak akan memperoleh derajat tertinggi, melainkan dengan banyak membaca shalawat kepada Nabi SAW.” Sayid Muhammad meninggal pada Malam Jum’at, tanggal 29 Muharam 1120 H.
Dalam pertemuannya dengan Ath-Thayib Syeikh mengambil wirid darinya. Bahkan dalam ijazahnya, At-Thayib telah memberikan izin kepada Syeikh untuk memberikan talkin pada orang yang hendak mengambil wiridnya. Akan tetapi Syeikh menolak hak talkin tersebut karena pada saat itu masih mempunyai cita-cita sendiri dan belum berminat untuk memegang salah satu jenisnya. Di sini Syeikh menunjukkan ketinggian cita-citanya berdasarkan asal fitrahnya. Di samping itu Syeikh belum mengetahui akhir kedudukannya pada waktu tersebut. At-Thayib adalah salah satu guru yang diakui oleh Syeikh pada awal perjalannya. Beliau wafat pada Hari Ahad, Bulan Rabiuts Tsani, tahun 1181 H.
Selanjutnya, Syeikh bertemu dengan Sayid Abdulloh bin Al-Arabi bin Ahmad bin Muhammad bin Abdulloh Al-Andalusi di Fas. Thariqatnya bercorak Isyrak (konsep cahaya). Pertemuan ini banyak memperbincangkan beberapa masalah. Meskipun tidak mengambil sesuatu darinya, Al-Arabi memberikan doa yang sangat berarti dalam perjalanan Syeikh selanjutnya. Al-Arabi mendoakan kebaikan dunia dan akhirat dan pada akhir perjumpaannya berkata:
“Alloh akan menuntun tanganmu (menolongmu). “Alloh akan menuntun tanganmu (menolongmu). “Alloh akan menuntun tanganmu(menolongmu).”
Al-Arabi wafat pada tahun 1188 H. Syeikh juga pernah mengambil Thariqat Qadiriyahnya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani di Fas dari seseorang yang mempunyai izin untuk mentalkinkannya. Hanya saja kemudian ditinggalkan.
Thariqat lainnya yang pernah diambil oleh Syeikh adalah Thariqat Nashiriyah dari Sayid Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah An-Nazani. Tidak berapa lama thariqat ini pun ditinggalkan. Kemudian Thariqat Sayid Muhammad Al-Habib bin Muhammad, seorang kutub yang masyhur dengan Al-Ghamari As-sijlimasi Ash-Shadiqi (w. th. 1165 H.) melalui orang yang telah mendapatkan izin. Thariqat ini pun ditinggalkan.
Selanjutnya Syeikh mengambil ijazah dari Tokoh Malamatiyah, Sayid Abul Abbas Ahmad Ath-Thawas di Tazah. Ath-Thawas mengajarkan salah satu isim (nama ilahi) kepadanya dan berkata:
“Tetaplah khalwat, menyendiri dan dzikir. Sabarlah, sehingga Alloh memberikan futuh kepadamu. Sesungguhnya dirimu akan memperoleh kedudukan yang agung.”

Perkataan At-Thawas agaknya tidak ditanggapi oleh Syeikh Ahmad Tijani, sehingga ia mengulangi perkataannya:
“Tetapkanlah dzikir ini dan abadikan, tanpa harus kholwah dan meyendiri. Maka Alloh akan memberikan futuh kepadamu atas keadaan tersebut.”
Perkataan At-Thawas yang kedua ini tidak banyak dikutip. Justeru perkataan pertama yang banyak ditulis. Padahal perkataan yang kedualah yang menunjukkan pokok dasar pemikiran Syeikh At-Tijani yang kemudian menjadi ciri utama Thariqatnya. Di samping itu, Ath-Thawas juga memberikan isyarat dari kedudukan yang akan diperoleh Syeikh. Beliau melakukan dzikir tersebut tidak lama, kemudian meninggalkannya. At-Thawas meninggal pada tanggal 18 Jumadil Ula 1204 H di Tazah.
Dalam proses pencarian ini, Syeikh banyak mengetahui beberapa aliran Thariqat dan mengamalkannya. Meskipun kemudian tidak diteruskan. Karena adanya Inayah Robbaniyah untuk menolaknya dan tidak mengambilnya. Kecuali dari Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sebagai kekhasan seorang yang mempunyai cita-cita tinggi.
Sebagaimana telah diterangkan terdahulu, bahwa setelah melakukan lawatannya ke Fas, Syeikh menetap di Zawiyahnya Sayid Abdul Qadir bin Muhammad di Shahara Dzar, tidak jauh dari Ain Madhi. Sebagaimana petunjuk yang diperoleh sebelumnya. Bahwa futuhnya akan diperoleh di sana.
Syeikh memasuki Tunisia pada tahun 1180 H. Di daerah Azwawi, Al-Jazair Syeikh menemui seorang guru besar yang arif, Sayid Abu Abdillah Muhammad bin Abdurrohman Al-Azhari. Syeikh mengambil Thariqat Khalwatiyah darinya. Al-Azhari meninggal pada permulaan Muharam tahun 1180 H.
Selanjutnya Syeikh menuju ke Tilmisan pada tahun 1181 dan menetap di sana. Syeikh mengabdikan dirinya dengan ibadah dan membaca ilmu. Terlebih Ilmu Hadits dan Tafsir. Syeikh terus-menerus melakukan taqarrub dengan bertawajjuh pada keagungan rububiyah dengan menyatakan ke-shidiq-an ubudiyahnya. Memberikan kemanfaatan kepada manusia dengan keluasan ilmunya. Sehingga mulai terlihat kefutuhan yang membuka beberapa hijab yang menghalangai antara seorang hamba dan Alqudus (Alloh). Syeikh menyatakaan hijab yang tersingkap adalah 165.000 hijab. Maka batinnya dipenuhi oleh cahaya Tauhid dan Irfan.
Setelah memperoleh banyak penyingkapan di Tilmisan Syeikh pergi melaksanakan haji dan ziarah kepada Nabi Muhammad SAW. Syeikh berangkat dari Tilmisan pada tahun 1186 H.
Dalam perjalanannya Syeikh berhenti di Tunisia dan menetap di Susah, selama setahun. Syeikh berjumpa dan bersahabat baik dengan seorang wali yang terkenal, Sayid Abdus Shamad Ar-Rahawi, salah seorang dari 4 murid wali kutub negeri tersebut. Wali kutub itu sendiri tidak dapat ditemui oleh siapa pun, kecuali seorang di antara 4 orang muridnya. Pertemuan tersebut hanya dilakukan pada malam hari, khususnya Malam Jum’at dan Senin. Hal itu disebabkan untuk menutupi kedudukannya. Syeikh meminta supaya Sayid Abdus Shamad berkenan mempertemukan dan mengenalkannya. Yang pada akhirnya Beliau pun dapat berjumpa dengannya.
Thariqat Tijaniyah adalah Thariqat yang dikembangkan oleh Syeikh Ahmad bin Muhammad. Mengambil dari nama kabilahnya. Thariqat ini juga masyhur dengan nama Thariqat Al-Muhammadiyah. Thariqat ini diterima langsung dari Rasululloh SAW dalam keadaan jaga. Bukan dalam keadaan tidur. Memang sebelum mendapatkan ijazah langsung dari Rasululloh SAW, Syeikh Ahmad pernah mengambil beberapa jalur Thariqat dari beberapa Syeikh lain. Seperti Thariqat Khalwatiyah dari Abi Abdillah bin Abdur Rahman Al-Azhari.
Pada usia 46 tahun (tahun 1196 H.), Beliau dianugerahi berjumpa dengan Rasululloh SAW dalam keadaan Yaqdhah (terjaga). Dan sejak saat itu Rasululloh SAW selalu mendampinginya dan tidak pernah hilang dari pandangannya. Keadaan inilah yang disebut dengan Al-Fathul Akbar (terbukanya tirai yang menghalangi antara seseorang dan Rasululloh). Rasululloh SAW selalu membimbing Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani dan memerintahkan kepada Syeikh untuk meninggalkan sandaran kepada guru-gurunya. Karena gurunya sekarang adalah Rasululloh SAW secara langsung. Sehingga Beliau selalu berkata dengan menyandarkannya kepada Rasululloh SAW. Ketika itu, Rasululloh SAW mentalkin (mengajarkan) dzikir/wirid berupa Istighfar dan Shalawat. Masing-masing dibaca 100 kali. Pengajaran dzikir ini disempurnakan oleh Rasululloh SAW pada tahun 1200 H. dengan tambahan Hailalah 100 kali. Dzikir inilah yang diperintahkan oleh Rasululloh SAW untuk disebarluaskan dan diajarkan kepada seluruh umat manusia dan jin. Ketika Syeikh Ahmad bin Muhammad berusia 50 tahun. Pada Bulan Muharam, tahun 1214 H Syeikh Ahmad bin Muhammad telah sampai pada martabat Al-Quthub AL-Kamil, Al-Quthbul Al-Jami’ dan Al-Quthbul Udzhma. Pengukuhan ini dilakukan di Padang Arafah, Makah Al-Mukaramah.
Pada tahun yang sama, hari ke-18 Bulan Shafar, Beliau dianugerahi sebagai Al-Khatmu Al-Auliya Al-Maktum (Penutup para wali yang tersembunyi). Hari inilah yang kemudian diperingati oleh Jamaah, Ikhwan, dan para muhibbin Thariqat Tijaniyah sebagai Idul Khatmi. Beliau meninggal di Faz, Maroko, tahun 1230 H. Jawahirul Ma’ani, Sayyid Ali Harazim bin Arabi. Keterangan lain dari Sayyid Zubair, cucu kelima Syekh Ahmad.
Mizaburrhmah, Sayyid Ubaidah bin Muhammad As-Shighir, Hal.: 7, As-Syubiyah, Beirut, Lebanon.
Bughyatul Mustafid, Sayid Muhammad Al-Arobi, Hal.: 107, Maktabah Al-Hajj Abdus Salam bin Muhammad bin Syakron, Maroko. Ibid, Hal.: 108.
Jawahirul Ma’ani, Sayid Ali Harazim, I: 29, Khodim Thorikotut Tijaniyah, Th. 1405 H. / 1984.
Bughyatul Mustafid, Sayid Muhammad Al-Arobi, Hal.: 112, Maktabah Al-Hajj Abdus Salam bin Muhammad bin Syakron, Maroko.
Ibid.
Ibid, Hal.: 111.
Ibid.
Jawahirul Ma’ani, Sayid Ali Harazim, I: 29, Khodim Thorikotut Tijaniyah, Th. 1405 H. / 1984.
Yang dimaksud Shahra adalah negerinya Syekh At-Tijani. Sebagimana keterangan dalam Bughyatul Mustafid, Hal.: 118.
Bughyatul Mustafid, Hal.: 120.
Ibid.
Bughyatul Mustafid, Sayid Muhammad Al-Arobi, Hal.: 114, Maktabah Al-Hajj Abdus Salam bin Muhammad bin Syakran, Maroko
Ibid, Hal.: 117.
Ibid.
Jawahirul Ma’ani, Sayid Ali Harazim, I: 29, Khodim Thorikotut Tijaniyah, Th. 1405 H. / 1984.
Bughyatul Mustafid, Sayid Muhammad Al-Arobi, Hal.: 115-116, Maktabah Al-Hajj Abdus Salam bin Muhammad bin Syakran, Maroko.
Ibid, hal.: 116.
Ibid, Hal.: 115. Jawahirul Ma’ani lebih memperjelas kewafatannya pada hari-hari terakhir Rabiuts Tsani. Sehingga memungkinkan bahwa Maulana At-Thayib wafat pada hari Ahad terakhir bulan dan tahun tersebut.
Jawahirul Ma’ani, Sayid Ali Harazim, I: 38, Khadim Thariqatut Tijaniyah, Th. 1405 H. / 1984.
Ibid, I: 38.
Ibid. keterangan yang sama dapat dilihat di Bughyatul Mustafid, Hal.: 118.
Bughyatul Mustafid, Hal.: 117-118.
Jawhirul Ma’ani, I: 38.
Ibid.
Sayyidul Auliya Syekh Ahmad At-Tijani, H. A. Fauzan fathulloh, Hal.: 60-64, Manuskrip.
Mizaburrahmah, Sayyid Ubaidah bin Muhammad As-Shighir, Hal.: 7, As-Syubiyah, Beirut, Lebanon.
·         Wali-Wali Besar yang di temui beliau
1. Abu Muhammad Al tayyib bin Muhammad bin Abdillah.
2. Sayyid Muhammad Al Wanjali di Gunung Zabib yang mengatakan : Kamu akan mencapai maqamnya As Syadily.
3. Sayyidi Abdullah bin Al Araby bin Ahmad bin Muhammad Al Andalusi yang mengatakan pada beliau : Allah yang membimbingmu 3x
4. Abu Abbas Ahmad At Thawasy .
5. Abu Abdillah bin Abdirrohman Al Azhary darinya beliau mendapat talkin thoriqoh Holwatiyah.
6. Sayyid Mahmud Al Kurdi
7. Sayhul Imam Abil Abbas Sayyid Muhammad bin Abdullah An Hindi, darinya beliau mendapat ilmu, Asrar, hikmah dan cahaya melalui khodamnya, yang menegaskan bahwa : " Engkau yang mewarisi ilmuku, Asrorku, wibawaku dan cahayaku.
8. Al Qutbil Kahir As Samman RA, yang memberitahu bahwa dia adalah Al Quthbul Jami'.
·         Keutamaan dan Karomah Syekh Akhmad At-tijany
Karomah adalah sesuatu yang keluar dari adat kebiasaan yang terjadi pada diri seseorang wali Allah SWT, sebagai kelanjutan dari Mu'jizat para Nabi.
Keutamaan dan Karomah Sayyidi Syeh Ahmad Tijany sangat banyak dan tampak sejak kecil, baik kekeramatan Ma'nawy maupun Hissy (tampak lahiriyah).
1. Beliau sangat besar perhatian dan patuhnya terhadap syari'at Islam lahir dan batin, dalam segala aspeknya , dalam segala hal ihwalnya menjiplak / taqlid pada Rasulullah Saw. Jadi tidak nyeleneh-nyeleneh /berbuat macam-macam yang membuat orang bingung, bahkan beliau bersabda :" Barang siapa mendengar sesuatu dariku, cocokkanlah dengan timbangan Syar'i ( Al-Qur'an dan Al Sunnah ), jika cocok ambillah dan jika tidak buanglah".
2. Bisa melihat dan selalu bersama Rasulullah Saw. Dan dalam keadaan sadar tidak pernah terhalang dengan beliau walau sekejab mata dan beliau selalu mendapat bimbingan dari Rasulullah SAW. Dalam segala hal ihwalnya.
3. Barang siapa bertemu / bermimpi beliau ( Syeh Ahmad At-Tijany) pada hari Senin dan Jum'at masuk surga tanpa dihisab dan tanpa disiksa atas jaminan Rasulullah SAW dari Allah SWT.
4. Syekh Ahmad Tijany RA dapat melakukan Dzikir, menemui tamu dan berfatwa pada umat dan menulis dalam waktu dan tempat yang sama tanpa merasa sibuk.
5. Beliau menguasai semua ilmu yang manfaat, sehingga mampu menjawab dan membahas semua masalah yang diajukan kepadanya dengan mudah dan tepat.
6. Syekh Ahmad At-Tijany adalah pemegang mahkota kewalian tertinggi yaitu Al Khatmul Auliya' Al Muhammady, sehingga Rasulullah SAW adalah Al Khatmul Anbiya'. Dari beliau ( Syeh Ahmad At Tijany RA ) semua wali Allah sejak jaman nabi Adam AS sampai hari kiamat mendapatkan aliran / masyrab ilmu kewalian, Fuyudlat dan Tajalliat serta asrar-asrar yang mengalir, dari Rasulullah SAW, baik mereka menyadari atau tidak. Sebagaimana para Nabi terdahulu, mereka mendapat Masyarb ilmu kenabian dari Rasulullah SAW. Selaku Khatmul Anbiya' ( lebih jelas silahkan pelajari Ar Rimah juz 2/17 ) atau risalah kecil " Al Masyarabul Kitmani."
7. Beliau mengetahui "Ismul A'dzam dan berdzikir dengannnya dan masih banyak lagi.

·         Adapun Karomah Hissiyah juga sangat banyak antara lain :
1. Ketika beliau dilantik " Wali Al Quthbaniyatul' Udzma" Muharram 1200 H oleh Rasulullah SAW. rumah beliau dikota Fas Maroko ( Afrika paling barat/Maghribi) sedangkan pelaksanaan pelantikannya di Jabal Ar Rahman Padang Arafah.( dapat menempuh jarak/ perjalanan jauh dalam sekejap).
2. Beliau bisa menampakkan diri dan memberikan bimbingan pada murid -muridnya ditempat berbeda yang berjauhan dalam waktu yang sama.
3. Pada bulan Muharram 1279 H (49 tahun setelah beliau wafat) dari kubur beliau keluar susu yang sangat lezat dan banyak sehingga orang berbondong-bondong datang untuk mengambil dan meminumnya, sampai saat ini susu tersebut masih ada tersisa ( di-musium-kan) dan tetap tidak mengalami perubahan / tidak basi.
4. Rasulullah SAW sangat menyayangi dan mencintai Syeh Ahmad At-Tijany Ra melebihi cinta seorang ayah pada anaknya.
5. Barang siapa cinta pada Syeh Ahmad At Tijany Ra tidak akan mati kecuala telah menyandang predikat wali.
6. Barang siapa mencela / mencerca/ menghujat Syeh Ahmat At-Tijany Ra kemudian tidak bertobat ,akan mati kafir ( hal ini jaminan dan peringatan langsung dari Rasulullah SAW).
"Berkata kepadaku Rasullullah SAW : Ya Ahmad, sesungguhnya barang siapa mencelamu dan tidak bertaubat, tidak akan mati kecuali dalam kekafiran, walau haji dan berjihad. Saya berkata : Ya Rasulullah, sesungguhnya Al Arif billah Sayyidi Abdurrahman As Syami mengatakan bahwa sesungguhnya orang yang haji tidak akan mati su'ul khotimah, berkata : kepadaku Sayyidul Wujud Rasulullah SAW : ya Ahmad , barang siapa mencelamu dan tidak bertaubat maka ia akan mati kafir walaupun haji dan berjihad. Ya Ahmad barang siapa yang berusaha mencelakakanmu akulah yang marah padanya dan tidak akan dicatat sholatnya serta tidak akan membawa manfaat baginya."( Al Faidlul rabbani : 2 ).
dan masih banyak lagi karomah-karomah lain dan mansyur , diantara para sahabat dan murid-muridnya , hal tersebut diatas sesuai dengan hadist qudsi :
" Barang siapa menyakiti waliku kuumumkan perang kepadanya". Siapakah orangnya yang mampu dan menang jika perang dengan Allah SWT ?
·         Amalan-amalan Dalam Thoriqoh At Tijany
Auradul Laazimah / wirid wajib , yang harus diamalkan oleh murid / ihwan thoriqoh At Tijany, diantaranya :
a. Wirid Laazim , yaitu :
- Istighfar 100 X
- Sholawat 100 x ( Al Afdal sholawat Al Fatih )
- Hailalah (la ilaaha illallah ) 100x
Dikerjakan 2x sehari semalam, pagi dan sore , pagi dimulai setelah selesai waktu sholat subuh sampai waktu ashar paling lambat sampai maghib. Kalau belum , di qodho' di malam hari. Untuk wirid sore dimulai selesai sholat Ashar sampai terbit fajar, untuk wirid pagi hari bisa di takdim yaitu dilakukan malam hari dengan catatan harus selesai sebelum subuh.
b. Dzikir Wadzifah, yaitu :
- Istighfar 30 x
- Sholawat Fatih 50x ( tidak bisa diganti yang lain )
- Hailalah ( La ilaaha Illallah ) 100x
- Jauharatul Kamal 12 x ( bisa diganti Al Fatih 20 x )
Dikerjakan 1 x sehari semalam, jika mampu istiqomah bisa 2 x sehari semalam , waktunya tidak mengikat selesai sholat ashar s/d waktu ashar besoknya ( al afdol dilakukan ba'dal Magrib).
c. Dzikir Hailallah ( La ilaaha illallah ) 1000x / 1200x/1600x
Dikerjakan satu minggu sekali, yaitu setiap hari Jum'at setelah sholat ashar. Diutamakan dzikir dengan cara berjamaah jika tidak ada udzur Syar'i . Caranya berjama'ah dzikir Wadzifah dulu, dzikir Hailalah, diutamakan lagi agar selesai pas menjelang maghrib.
Mungkin itu saja yang bisa saya rangkum kurang lebih nya saya minta maaf.

Monggo di koreksi mangke nek ono sing salah mangke tak beneraken !
Sekian Wassalamualaikum Wr.Wb

0 comments:

Post a Comment

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com