Wednesday 5 October 2016

Waliyullah

Hasil gambar untuk waliyullah

Menurut bahasa, Wali itu kebalikannya kata "Aduw" musuh. jadi bisa dikatakan bahwa Wali itu berarti kawan, sahabat, atau kekasih. pada umumnya Wali diartikan sebagai kekasih Allah SWT, sedangkan menurut istilah secara ahli hakikat, Wali mempunyai 2 arti :

Pertama : sebagai objek, yaitu orang yang di jaga dan di lindungi Allah SWT, sehingga segala urusannya diserahkan kepada Allah SWT, seperti dalam Al-Qur'an surat Al-A'rof yang artinya : "Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al-kitab (Al-Qur'an) dan Dia melindungi orang-orang yang shaleh".
Oleh sebab itu seorang Wali tidak pernah menyerahkan urusan kepada dirinya sedikitpun, tetapi semuanya di serahkan kepada Allah SWT.

Kedua : sebagai subjek, yaitu seorang yang selalu menjaga ibadah dan ketaatannya kepada Allah SWT. Ibadah nya selalu berjalan diatas penyerahan diri kepada Allah tanpa dikotori oleh kemaksiatan.
Kedua-duanya, menurut Ahli hakikat, merupakan syarat kewalian. Wali haruslah orang yang terpelihara dari melanggar syara' (Mahfudz) dan karenanya dilindungi oleh Allah SWT. sebagaimana Nabi adalah orang yang terjaga (Ma'shum) dari berbuat dosa dan di jaganya.
Ketika seseorang telah mencapai kematengan jiwa yang tinggi, maka tak ada rasa takut atau rasa susah pada dirinya.
Seperti dalam Al-Qur'an surat Yunus yang artinya : "Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa". (QS.Yunus : 62-63)

Dari sini bisa diambil benang merah bahwa yang di maksud Waliyullah adalah orang mu'min yang senantiasa patuh pada perintah Allah SWT. Baginya hanya Allah tempat berlindung, sumber pertolongan, penghambatan dan pengabdian. Jadi wali itu tidak pernah melakukan perbuatan yang sesat ataupun maksiat. selain itu seseorang bisa dikatakan Wali apabila ia mengikuti syari'at Rasulullah SAW. tidaklah mudah bagi sesorang mengaku sebagai wali bila tanpa disertai dengan ketakwaan yang maksimal, dan ketulusan untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Wali Allah bukanlah orang yang memiliki kekuatan yang luar biasa yang membuat orang pada takjub kepada dirinya, sedangkan dirinya jauh dari tuntunan dan ajaran agama, melainkan Wali adalah orang-orang yang selalu menaati ajaran Rasulullah SAW.

Untuk derajat Wali itu tidak begitu saja diberikan, tetapi melalui perjalanan yang panjang. buah dari takwa dan taat yang dilakukan terus menerus, dengan kata lain untuk mencapai derajat Wali, orang harus melalui Syari'at yang dijalani secara istiqomah, dan dilakukan dengan penuh penghayatan dan pendalaman (lewat thariqat) serta melakukan pembersihan hati dari penyakit-penyakit.

Wali, dengan begitu adalah orang yang sudah mencapai tingkat ke'arifan/wisdhom yang sangat tinggi dia sudah menyelam kedalam lautan hakikat. Al-Qusyairi menjelaskan beberapa ciri-ciri Wali dalam kondisi kesadarannya (artinya tidak dalam keadaan asyik masyuk dengan Allah SWT).
berikut ciri-cirinya :

  1. Mengarahkan perilakunya untuk memnuhi hak-hak Allah
  2. Menyebarkan kasih sayang kepada seluruh makhluk dalam segala situasi
  3. Secara konsisten menanggung penderitaan dan beban yang mungkin muncul dalam berhubungan dengan seluruh makhluk tanpa mengharap imbalan dari mereka
  4. Menggantungkan cita-cita bagi keselamatan seluruh makhluk
  5. Menghindari perbuatan yang bisa bisa menyusahkan makhluk lain
  6. Mengendalikan diri untuk tidak menyimpan rasa benci terhadap mereka yang telah menghinanya
Seperti yang dikatakan Imam Al-Junaidi : "Seseorang Wali harus menjadi seperti bumi yang dilewati oleh orang-orang baik maupun orang-orang yang jahat, atau seperti mendung yang menaungi segala sesuatu, dan seperti hujan yang menyirami apa saja baik yang ia suka maupun yang ia tidak suka".

Pemahaman Wali sebagai orang yang memiliki karomah (kelebihan yang luar biasa) adalah merupakan pemahaman yang 100% benar. Sebab apabila seseorang memiliki kelebihan di luar batas kemampuan manusia biasa, maka orang tersebut belum tentu di sebut sebagai "Waliyullah" yang pertama kali dilihat adalah apakah tingkah lakunya sesuai tuntunan Al-Qur'an dan Al-Hadits. Apabila tingkah lakunya sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Al-Hadits, Maka ia adalah "Waliyullah".

Abu Al-Qosim Al-Junaidi berkata : "Ilmu Para Wali selalu di kaitkan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah, siapa saja yang tidak mau membaca Al-Qur'an dan menulis Hadits, maka ia tidak pantas untuk membicarakan ilmu dan orang itu tidak pantas untuk di ikuti".
Karena itu, orang yang mengaku dirinya sebagai Wali, tapi meninggalkan Syari'at, maka pengakuannya itu adalah dusta. sebagaimana yang dikatakan oleh Hadratus Syaikh KH.Hasyim Asy'ari : "Barangsiapa mengaku dirinya menjadi Wali tanpa bukti bahwa ia mengikuti Syari'at Nabi, maka pengakuannya adalah dusta dan palsu".

Boleh saja orang mempunyai sifat "linuwih" misalnya bisa membaca pikiran orang, bisa berkomunikasi dengan hewan atau orang yang sudah meninggal, bisa berjalan diatas air, dan keanehan-keanehan yang lain, tapi tentu saja orang itu tidak otomatis bisa dikatakan Wali. Sebab Dajjal, Dukun, Tukang Sihir, dan Paranormal pun bisa melakukannya.

Sebaliknya bisa saja dikatakan Wali dalam kehidupannya sama sekali tidak tampak dari orang biasa. Lihat saja dari 9 Wali dari Tanah Jawa, yang terkenal punya kehebatan seperti Sunan Kalijaga yang membuat Soko Guru Masjid dengan Tatal, dan Sunan Bonang yang mengubah buah Pinang tampak menjadi Emas.
Jadi kewalian seseorang tidak di ukur dengan kehebatannya, apalagi dengan kenyentrikan pakaian dan perilakunya, melainkan kedekatannya seseorang dengan Allah SWT.

Allahu A'lam...!!!

0 comments:

Post a Comment

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com